Jumat, 01 April 2016

komunikasi persuasif

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dalam kehidupan manusia. Kehidupan sehari-hari tentunya perlu berkomunikasi satu sama lain. Komunikasi persuasif merupakan bentuk komunikasi yang mempengaruhi komunikannya sehingga bertindak sesuai dengan apa yang dinginkan oleh komunikatornya mungkin juga dapat merubah sikap dari komunikannya, namun  pesan yang akan disampaikan komunikator kepada komunikannya harus menjadi hal besar yang perlu di perhatikan karena akan merubah sikap dan perilaku komunikannya.
Tujuan pokok dari persuasi adalah untuk mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang, kelompok untuk kemudian melakukan tindakan/perbuatan sebagaimana dikehendaki. Persuasi bukan sekedar untuk membujuk dan merayu saja, tetapi persuasi merupakan suatu teknik mempengaruhi dengan mempergunakan dan memanfaatkan data dan fakta psikologis dari orang-orang yang ingin kita pengaruh.
Kemampuan berkomunikasi secara baik dan benar serta efektif sangat penting dikuasai karena mempunyai peranan yang sangat vital sekali dalam hidup dan kehidupan manusia. Baik dalam berinteraksi dengan  keluarga, tetangga dan msyarakat luas maupun dengan diri sendiri.
Selajutnya penyusun akan membahas tentang  Jenis Komunikasi Persuasif yang tersusun dalam makalah yang sederhana ini.






BAB II
PEMBAHASAN

A.    Jenis-jenis Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang dilakukan sebagai ajakan atau bujukan agar mau bertindak sesuai dengan keinginan komunikator. Tahap-tahap mencapai keberhasilan dalam komunikasi persuasif sama dengan komunikasi informasif, tetapi disertai tujuan untuk mengajak komunikan agar bertindak sesuai dengan isi pesan komunikator.[1]
Tujuan pokok dari persuasi adalah untuk mempengaruhi pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang, kelompok untuk kemudian melakukan tindakan/perbuatan sebagaimana dikehendaki. Persuasi bukan sekedar untuk membujuk dan merayu saja, tetapi persuasi merupakan suatu teknik mempengaruhi dengan mempergunakan dan memanfaatkan data dan fakta psikologis dari orang-orang yang ingin kita pengaruh.[2]

Jenis-Jenis Komunikasi Persuasif ada dua yaitu:
1.      Jenis Psikodinamik
Model psikodinamik proses komunikasi persuasif didasarkan pada teori-teori perbedaan-perbedaan individu dalam pengaruh komunikasi. Menurut teori perbedaan individu (The Individual  Diffrences Theory), setiap individu memiliki motivasi dan pengalaman yang berbeda. Adanya perbedaan tersebut, menyebabkan terbentuknya kepribadian yang unik. Bersifat individual. Setiap individu, karena keunikannya, akan berbeda dalam merespon sesuatu. Konsekkuansi logis dari kenyataan ini adalah bahwa setiap individu memiliki sikap, nilai-nilai, kepercayaan yang berbeda, yang semuanya mendasari kepribadiannya masing-masing. Oleh karena itu, persepsi masing-masing individu terhadap suatu objek, akan berbeda pula.[3]
Model pertama dari proses persuasi disebut dengan model psikodinamik. Model ini didasarkan pada teori perbedaan-perbedaan individu dalam pengaruh komunikasi masssa. Menurut model ini, pesan-pesan komunikasi akan efektif dalam persuasi apabila memiliki kemampuan psikologis mengubah minat atau perhatian individu dengan cara sedemikian rupa, sehingga individu akan menanggapi pesan-pesan komunikasi sesuai dengan hendak komunikator. Dengan kata lain kuci keberhasilan persuasi terletak pada kemampuan mengubah struktur psikologis internal individu sehingga hubungan psikodinamik anatar proses internal yang laten (motivasi,sikap dan lain-lain) dengan prilaku yang diwujudkan sesuai dengan kehendak komunikator. Contoh yang umum adalah kampanye melalui media massa yang bertujuan untuk mengurangi diskriminasi rasial ( perilaku yang jelas) dengan mencoba untuk mengurangi prasangka-prasangka rasial (proses psikologis). Contoh lain adalah usaha untuk mempromasikan obat-obatan manjur (tindalk terbuka) dengan cara menumbukan rasa takut terhadap penyakit (proses psikologis).
Secara sederhana, model psikodinamik dalam proses persuasi dapat dijabarkan sebagai berikut:

Pesan-pesan Persuasi      Aternatif Proses Psikologis Laten      Perubahan Yang Terjadi Dalam Wujud Tindakan

      Model Psikodinamik berkembang atas dasar teoritis maupun empiris. Teori-teori yang penting mengenai motivasi, persepsi belajar, bahkan psikoanalisi telah memberikan jalan bahwa sikap, opini,rasa takut, konsep diri, persepsi kredibilitas sumber serta beberapa variabel yang berhubungan erat dengan persuasi. Sekalipun validitas model psikodinamik dalam proses persuasi belum sepenuhnya teruji, namun hal ini tidak berarti bahwa model tidak benar.
      Pada 1948, Bernard Berelson dalam severin dan Tankard Jr (1979) memerhatikan bahwa teori-teori mengenai keperkasaan media massa sebagian besar telah ditinggalkan. Ia mencoba untuk merumuskan lima faktor yang patut menjadi perhatian dalam penelitian komunikasi.
Teori perbedaan individu daalam pengaruh komunikasi massa membawa kita pada perumusan model psikodinamik dari proses persuasi. Hal tersebut bukan satu-satunya model yang telah diuji. Selain itu, dikenal pula penggabungan teori hubungan sosial denganteori norma budaya yang menghasilakn model sosial budaya dari proses persuasi. Variabel sosial buday telah lam di akui para peneliti komunikasi dan ahli-ahli ilmu sosial lainya sebagai salah satu faktor yang terpenting dalam menenntukan sikap masyarakat dalam menerima ide baru.
Akan tetapi, cara melibatkan variabel tersebut kedalam pesan-pesan untuk mempermudah persuasi tampaknya belum banyak mendapat perhatian. Kenyataan nya teori-teori yang ada mengenai persuasi, adopsi dan inovasi, interaksi serta variabel-variabel budaya pada umumnya dianggap sebagai hambatan usaha mencapai persuasi atau adopsi. Paling tidak harus di akui bahwa pola perilaku individu tidak dapat ditafsirkan secara tepat hanya atas dasar variabel psikologi individu semata-mata.
Apalagi jika individu bersikap dalam lingkungan sosialnya. Untuk menjelaskan, memperkirakan, atau memanipulasi perilaku individu, haruslah disusun suatu referensi atas dasar norma sosial, persnan sosial, kontrok sosial, nilai-nilai, harapan, kepercayaan agar perilaku tersebut dapat dimengerti sepenuhnya.
Proses sosial budaya cepat timbul pada kegiatan idividu. Proses tersebut menentukan ke arah dari kegiatan tersebut sehingga akibatnya dapat diduga lebih dulu. Kegiatan tersebut bahkan dapat bertentangan dengan predisposisi.


2.      Jenis Sosial Budaya
Model sosial  budaya dalam proses persuasi didasarkan pada anggapan bahwa pesan-pesan komunikasi massa dapat digunakan untuk mengarahkan individu agar menerima gejala yang telah didukung kelompok. Hal itu sebagai dasar individu untuk bertindak.
Model sosoial budaya dapat dijabarkan  sebagai berikut:

Pesan yang persuasif           Batasan (batasan kembali) proses sosial budaya kelompok         Membentuk batasan(definisi) untuk prilaku sosial bagi anggota krlompok          menghasilkan perubahan prilaku

Untuk menggambarkan secara konkret penggunaan model sosial budaya sebagai srategi persuasi. Kita akan mencoba mengkaji taktik yang digunakan oleh beberapa badan amal dalam rangka pengumpulan dana.
Kampanye persuasi yang dilakukan memanfaatkan model psikodinamik maupun model sosial budaya. Umumnya badan amal tidak memanfaatkan komunikasi massa saja , tetapi juga komunikasi lain. Dalam rangka pengumpulan dana tidak semua individu bersimpati dengan kampanye yang dilakukan oleh suatu badan amal sebab ia bersedia memberikan dana pada badan amal yang menjadi favoritnya.[4]
Model sosial budaya  bersumber pada teori hubungan-hubungan sosial  dan teori norma budaya.
Teori hubungan sosial menyatakan bahwa dalam menerima pesan-pesan komunikasi yang disampaikan media, orang lebih banyak memperoleh pesan berdasarkan hubungan atau kontak dengan orang lain drai pada langsung melalui media massa. Yang ditekankan teori ini adalah hubungan antar pribadi sebagai sumber informasi maupun sebagai penguat pengaruh media komunikasi (DeFleur, 1966; dalam depari dan MacAndrews 1982).
Teori norma budaya bernggapan bahwa pesan-pesan yang disampaikan media massa dengan cara-cara tertentu, dapat menumbuhkan kesan-kesan yang oleh audiens sisesuaikan dengan norma-norma budayanya. Jadi media massa dapat:
a.       Mengukuhkan norma budaya dengan berbagai informasi yang muncul setiap hari;
b.      Mengaktifkan perilaku terentu, jika informasi yang disampaikannya sesuai dengan kebutuhan dan tidak bertentangan dengan norma budaya yang berlaku;

B.     Komunikasi Persuasif Dalam Al- Qur’an
Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125.
 ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ


 “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan peringatan yang baik dan berdebatlah dengan cara yang baik pula, sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”  (Q.S An-Nahl:125)[5]

Ayat tersebut jika dipahami dan ditafsirkan menggunakan pendekatan ilmu komunikasi mengandung pengertian bahwasanya seorang komunikator dituntut untuk mengetahui dan memahami kondisi orang yang diajak berkomunikasi dari berbagai aspek, di antaranya dari status sosial, latar belakang pendidikan, ekonomi, dan budaya atau dalam istilah komunikasi disebut frame of reference. Selain itu seorang komunikator juga harus memahami kondisi orang yang diajak berkomunikasi dari aspek pengalaman masa lalu mereka atau dikenal dengan field of experience. Kedua faktor tersebut mesti mendapat perhatian bagi seorang yang akan melakukan kegiatan komunikasi persuasif.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang dilakukan sebagai ajakan atau bujukan agar mau bertindak sesuai dengan keinginan komunikator. Tahap-tahap mencapai keberhasilan dalam komunikasi persuasif sama dengan komunikasi informasif, tetapi disertai tujuan untuk mengajak komunikan agar bertindak sesuai dengan isi pesan komunikator.
Jenis-Jenis Komunikasi Persuasif ada dua yaitu:
1.      Jenis psikodinamik.
2.      Jenis sosial budaya.

B.     Saran
Makalah ini jauh dari kata sempurna, penyusun meminta maaf jika ada kesalahan baik dalam isi materi, maupun dalam penyusunan. Penyusun berharap kritik dan saran dari pembaca makalah ini.














Al-Qur’an dan Terjemahan
Atep Adya Barata, Dasar-dasar Pelayanan Prima, Jakarta: Gramedia.
H.A.W. Widjaja, 2008, Komunikasi (Komunikasi dan Hubungan Masyarakat), Jakarta: Bumi Aksara.
Soleh Soemirat, H. Hidayat Satari, Asep Suryana, 1999, Komunikasi Persuasif, Jakarta: Universitas Terbuka.
Tommy Suprapto, 2009,  Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, yogyakarta: Media Pressindo.







[1] Atep Adya Barata, Dasar-dasar Pelayanan Prima, Jakarta: PT Gramedia, hlm. 70.
[2] H.A.W. Widjaja, Komunikasi (Komunikasi dan Hubungan Masyarakat), Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hlm. 68.
[3] Soleh Soemirat, H. Hidayat Satari, Asep Suryana, Komunikasi Persuasif, Jakarta: Universitas Terbuka, 1999, hlm. 39.
[4] Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, yogyakarta, media Pressindo, 2009, hlm.29-33.
[5] Al Quran dan Terjemahan An Nahl Ayat 125