BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dalam
kehidupan manusia. Kehidupan sehari-hari tentunya perlu berkomunikasi satu sama
lain. Komunikasi persuasif merupakan
bentuk komunikasi yang mempengaruhi komunikannya sehingga bertindak sesuai
dengan apa yang dinginkan oleh komunikatornya mungkin juga dapat merubah sikap
dari komunikannya, namun pesan yang akan disampaikan komunikator kepada
komunikannya harus menjadi hal besar yang perlu di perhatikan karena akan merubah
sikap dan perilaku komunikannya.
Tujuan pokok dari persuasi adalah untuk mempengaruhi
pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang, kelompok untuk kemudian
melakukan tindakan/perbuatan sebagaimana dikehendaki. Persuasi bukan sekedar
untuk membujuk dan merayu saja, tetapi persuasi merupakan suatu teknik
mempengaruhi dengan mempergunakan dan memanfaatkan data dan fakta psikologis
dari orang-orang yang ingin kita pengaruh.
Kemampuan
berkomunikasi secara baik dan benar serta efektif sangat penting dikuasai
karena mempunyai peranan yang sangat vital sekali dalam hidup dan kehidupan
manusia. Baik dalam berinteraksi dengan keluarga, tetangga dan msyarakat
luas maupun dengan diri sendiri.
Selajutnya penyusun akan membahas
tentang Jenis Komunikasi Persuasif yang
tersusun dalam makalah yang sederhana ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Jenis-jenis
Komunikasi Persuasif
Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang
dilakukan sebagai ajakan atau bujukan agar mau bertindak sesuai dengan
keinginan komunikator. Tahap-tahap mencapai keberhasilan dalam komunikasi
persuasif sama dengan komunikasi informasif, tetapi disertai tujuan untuk
mengajak komunikan agar bertindak sesuai dengan isi pesan komunikator.[1]
Tujuan pokok dari persuasi adalah untuk mempengaruhi
pikiran, perasaan, dan tingkah laku seseorang, kelompok untuk kemudian
melakukan tindakan/perbuatan sebagaimana dikehendaki. Persuasi bukan sekedar
untuk membujuk dan merayu saja, tetapi persuasi merupakan suatu teknik
mempengaruhi dengan mempergunakan dan memanfaatkan data dan fakta psikologis
dari orang-orang yang ingin kita pengaruh.[2]
Jenis-Jenis Komunikasi Persuasif ada dua yaitu:
1. Jenis
Psikodinamik
Model
psikodinamik proses komunikasi persuasif didasarkan pada teori-teori
perbedaan-perbedaan individu dalam pengaruh komunikasi. Menurut teori perbedaan
individu (The Individual Diffrences
Theory), setiap individu memiliki motivasi dan pengalaman yang berbeda. Adanya
perbedaan tersebut, menyebabkan terbentuknya kepribadian yang unik. Bersifat
individual. Setiap individu, karena keunikannya, akan berbeda dalam merespon
sesuatu. Konsekkuansi logis dari kenyataan ini adalah bahwa setiap individu
memiliki sikap, nilai-nilai, kepercayaan yang berbeda, yang semuanya mendasari
kepribadiannya masing-masing. Oleh karena itu, persepsi masing-masing individu
terhadap suatu objek, akan berbeda pula.[3]
Model
pertama dari proses persuasi disebut dengan model psikodinamik. Model ini
didasarkan pada teori perbedaan-perbedaan individu dalam pengaruh komunikasi
masssa. Menurut model ini, pesan-pesan komunikasi akan efektif dalam persuasi
apabila memiliki kemampuan psikologis mengubah minat atau perhatian individu
dengan cara sedemikian rupa, sehingga individu akan menanggapi pesan-pesan
komunikasi sesuai dengan hendak komunikator. Dengan kata lain kuci keberhasilan
persuasi terletak pada kemampuan mengubah struktur psikologis internal individu
sehingga hubungan psikodinamik anatar proses internal yang laten
(motivasi,sikap dan lain-lain) dengan prilaku yang diwujudkan sesuai dengan
kehendak komunikator. Contoh yang umum adalah kampanye melalui media massa yang
bertujuan untuk mengurangi diskriminasi rasial ( perilaku yang jelas) dengan
mencoba untuk mengurangi prasangka-prasangka rasial (proses psikologis). Contoh
lain adalah usaha untuk mempromasikan obat-obatan manjur (tindalk terbuka)
dengan cara menumbukan rasa takut terhadap penyakit (proses psikologis).
Secara
sederhana, model psikodinamik dalam proses persuasi dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Model Psikodinamik berkembang atas dasar
teoritis maupun empiris. Teori-teori yang penting mengenai motivasi, persepsi
belajar, bahkan psikoanalisi telah memberikan jalan bahwa sikap, opini,rasa
takut, konsep diri, persepsi kredibilitas sumber serta beberapa variabel yang
berhubungan erat dengan persuasi. Sekalipun validitas model psikodinamik dalam
proses persuasi belum sepenuhnya teruji, namun hal ini tidak berarti bahwa
model tidak benar.
Pada 1948, Bernard Berelson dalam severin
dan Tankard Jr (1979) memerhatikan bahwa teori-teori mengenai keperkasaan media
massa sebagian besar telah ditinggalkan. Ia mencoba untuk merumuskan lima
faktor yang patut menjadi perhatian dalam penelitian komunikasi.
Teori
perbedaan individu daalam pengaruh komunikasi massa membawa kita pada perumusan
model psikodinamik dari proses persuasi. Hal tersebut bukan satu-satunya model
yang telah diuji. Selain itu, dikenal pula penggabungan teori hubungan sosial
denganteori norma budaya yang menghasilakn model sosial budaya dari proses
persuasi. Variabel sosial buday telah lam di akui para peneliti komunikasi dan
ahli-ahli ilmu sosial lainya sebagai salah satu faktor yang terpenting dalam
menenntukan sikap masyarakat dalam menerima ide baru.
Akan
tetapi, cara melibatkan variabel tersebut kedalam pesan-pesan untuk mempermudah
persuasi tampaknya belum banyak mendapat perhatian. Kenyataan nya teori-teori
yang ada mengenai persuasi, adopsi dan inovasi, interaksi serta variabel-variabel
budaya pada umumnya dianggap sebagai hambatan usaha mencapai persuasi atau
adopsi. Paling tidak harus di akui bahwa pola perilaku individu tidak dapat
ditafsirkan secara tepat hanya atas dasar variabel psikologi individu
semata-mata.
Apalagi
jika individu bersikap dalam lingkungan sosialnya. Untuk menjelaskan,
memperkirakan, atau memanipulasi perilaku individu, haruslah disusun suatu
referensi atas dasar norma sosial, persnan sosial, kontrok sosial, nilai-nilai,
harapan, kepercayaan agar perilaku tersebut dapat dimengerti sepenuhnya.
Proses
sosial budaya cepat timbul pada kegiatan idividu. Proses tersebut menentukan ke
arah dari kegiatan tersebut sehingga akibatnya dapat diduga lebih dulu.
Kegiatan tersebut bahkan dapat bertentangan dengan predisposisi.
2.
Jenis Sosial Budaya
Model
sosial budaya dalam proses persuasi didasarkan
pada anggapan bahwa pesan-pesan komunikasi massa dapat digunakan untuk
mengarahkan individu agar menerima gejala yang telah didukung kelompok. Hal itu
sebagai dasar individu untuk bertindak.
Model
sosoial budaya dapat dijabarkan sebagai
berikut:
Untuk
menggambarkan secara konkret penggunaan model sosial budaya sebagai srategi
persuasi. Kita akan mencoba mengkaji taktik yang digunakan oleh beberapa badan
amal dalam rangka pengumpulan dana.
Kampanye
persuasi yang dilakukan memanfaatkan model psikodinamik maupun model sosial
budaya. Umumnya badan amal tidak memanfaatkan komunikasi massa saja , tetapi
juga komunikasi lain. Dalam rangka pengumpulan dana tidak semua individu
bersimpati dengan kampanye yang dilakukan oleh suatu badan amal sebab ia
bersedia memberikan dana pada badan amal yang menjadi favoritnya.[4]
Model
sosial budaya bersumber pada teori
hubungan-hubungan sosial dan teori norma
budaya.
Teori
hubungan sosial menyatakan bahwa dalam menerima pesan-pesan komunikasi yang
disampaikan media, orang lebih banyak memperoleh pesan berdasarkan hubungan
atau kontak dengan orang lain drai pada langsung melalui media massa. Yang
ditekankan teori ini adalah hubungan antar pribadi sebagai sumber informasi
maupun sebagai penguat pengaruh media komunikasi (DeFleur, 1966; dalam depari
dan MacAndrews 1982).
Teori
norma budaya bernggapan bahwa pesan-pesan yang disampaikan media massa dengan
cara-cara tertentu, dapat menumbuhkan kesan-kesan yang oleh audiens sisesuaikan
dengan norma-norma budayanya. Jadi media massa dapat:
a.
Mengukuhkan norma budaya dengan berbagai
informasi yang muncul setiap hari;
b.
Mengaktifkan perilaku terentu, jika
informasi yang disampaikannya sesuai dengan kebutuhan dan tidak bertentangan
dengan norma budaya yang berlaku;
B.
Komunikasi
Persuasif Dalam Al- Qur’an
Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 125.
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ
الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ
بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan
hikmah dan peringatan yang baik dan berdebatlah dengan cara yang baik pula,
sesungguhnya Tuhanmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat
dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.” (Q.S
An-Nahl:125)[5]
Ayat tersebut jika dipahami dan ditafsirkan
menggunakan pendekatan ilmu komunikasi mengandung pengertian bahwasanya seorang
komunikator dituntut untuk mengetahui dan memahami kondisi orang yang diajak
berkomunikasi dari berbagai aspek, di antaranya dari status sosial, latar
belakang pendidikan, ekonomi, dan budaya atau dalam istilah komunikasi disebut frame
of reference. Selain itu seorang komunikator juga harus memahami kondisi
orang yang diajak berkomunikasi dari aspek pengalaman masa lalu mereka atau
dikenal dengan field of experience. Kedua faktor tersebut mesti mendapat
perhatian bagi seorang yang akan melakukan kegiatan komunikasi persuasif.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Komunikasi
persuasif adalah komunikasi yang dilakukan sebagai ajakan atau bujukan agar mau
bertindak sesuai dengan keinginan komunikator. Tahap-tahap mencapai
keberhasilan dalam komunikasi persuasif sama dengan komunikasi informasif,
tetapi disertai tujuan untuk mengajak komunikan agar bertindak sesuai dengan
isi pesan komunikator.
Jenis-Jenis Komunikasi Persuasif ada dua yaitu:
1. Jenis
psikodinamik.
2. Jenis
sosial budaya.
B.
Saran
Makalah
ini jauh dari kata sempurna, penyusun meminta maaf jika ada kesalahan baik
dalam isi materi, maupun dalam penyusunan. Penyusun berharap kritik dan saran
dari pembaca makalah ini.
Al-Qur’an
dan Terjemahan
Atep Adya Barata, Dasar-dasar Pelayanan Prima,
Jakarta: Gramedia.
H.A.W. Widjaja, 2008, Komunikasi (Komunikasi dan
Hubungan Masyarakat), Jakarta: Bumi Aksara.
Soleh Soemirat, H. Hidayat Satari, Asep Suryana, 1999,
Komunikasi Persuasif, Jakarta: Universitas Terbuka.
Tommy Suprapto, 2009, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, yogyakarta:
Media Pressindo.
[1]
Atep Adya Barata, Dasar-dasar Pelayanan Prima, Jakarta: PT Gramedia, hlm. 70.
[2]
H.A.W. Widjaja, Komunikasi (Komunikasi dan Hubungan Masyarakat), Jakarta: Bumi
Aksara, 2008, hlm. 68.
[3]
Soleh Soemirat, H. Hidayat Satari, Asep Suryana, Komunikasi Persuasif, Jakarta:
Universitas Terbuka, 1999, hlm. 39.
[4]
Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, yogyakarta, media
Pressindo, 2009, hlm.29-33.
[5] Al
Quran dan Terjemahan An Nahl Ayat 125